Oleh. Dr. Aminudin, SE. MM, . M. Pd
Ke bukit bawa mendaki
Ke lurah bawa menurun
Asam di gunung
Garam di laut
Bertemu dalam kuali
Walaupun di era milenial atau yang viral dengan generasi "Z", pepatah minang itu masih tak lekang oleh himpitan ruang dan waktu, masih berlaku sampai saat ini.
Cinta, kata Jalaluddin ar-Rumi memang tak kenal musim.ia adalah mahluk pertama yang diciptakan oleh Tuhan.Dari zaman manusia pertama Adam AS yang terpesona melihat kecantikan Eva (Hawa), kegilaan Zulaikha pada Yusuf, Romy dan Juliet, sampai kisah si tua bangka Datuk Maringgih dan siti Nurbaya.
Kisah kasih romantik memang tak pernah ada ujungnya, ada cinta monyet, cinta pertama, cinta satu malam, sampai kisah cinta para ratu, raja dan pangeran terkadang berujung kebahagiaan dan sebaliknya kenestapaan , kepiluan dan bahkan peperangan.
Di jawa tengah ada legenda cinta seorang pembantu, abdi dalem atau batur dan anak raja (pangeran), kemudian dikenal Batur Raden.Ada kisah Bandung Bondowoso dan Rara Jongrang (candi sewu), di jawa barat ada Ciung Wanara dan Sangkuriang (ibu dan anak).Ada juga Bapak dan anak rebutan kekasih , Amangkurat I raja Mataram rebutan wanita Roro Ovi putri adioati Surabaya dengan anaknya sendiri dan berahir tragis. Taj Mahal (Mumtaz Mahal)di India, sebagai simbol persembahan rasa cinta yang berlebihan dari Pangeran Khuram , Shah Jihan di tezim Mughal.
Cinta juga kadang digunakan sebagai penawar atas nama kekuasaan seperti yang terjadi di Mesir antara ratu Cleopatra dan Julius Caesar (Yunani).Dua adikuasa yang saling tikam berahir damai dengan pernikahan keduanya.
Di bubat, ada kisah memalukan dan memilukan, Dyah Phitaloka bunuh diri, setelah mendapati ayahandanya Prabu maharaja Lingga Buana telah tewas oleh patih Gajahmada. Hayam Wuruk murka karena Dyah phitaloka adalah calon istrinya yg dihantarkan oleh sang ayah untuk dijadikan permaisurihya.
Kisah Ki Ageng Mangir lain lagi, Roro pembayun putri pertama dari Panembahan Senopati, ia dijadikan pancingan untuk menundukan Mangir yang susah diajak kompromi dan ditaklukan.
Itulah penggalan-penggalan sedikit kisah romantikanya makhluk Tuhan yang bernama cinta.
Sejatinya cinta itu adalah cinta para hamba kepada rasul dan robbnya.tengoklah Imam busiri dengan burdahnya, salahuddin alayubi dan syech albarjanji atau Rabiah al-adawiyah dengan karunia cinta ia tolak berlusin pintangan.ia buang jauh-jauh cita rasa keduniaan karena ia sudah sangat bahagia ber"cinta " dengan robb-nya.
Duhai murid-muridku, kata Jalaluddin Arrumui dalam kisahnya , Janganlah engkau tangisi kematianku, karena..ketika sedang menangisi aku, keranda mengusung jenazahku, Sejatinya aku sedang menuju kebahagiaan untuk berjumpa dengan KEKASIHKU...Allah Robbal aalamien...
Salam Cinta
Jakarta, 21 Desember 2023